Minggu, 18 Maret 2018

Kesenian Khas Mojokerto


Halooo, lama tak jumpa... disini Nining mau berbagi lagi nih, tentang apa ya? sudah tau kan setelah liat judul.
Ini aku ambil dari berbagai sumber yang aku kolaborasiin, semoga bermanfaat yah... 


1. BANTENGAN
Bantengan merupakan kesenian khas Mojokerto. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa Indonesia mempunyai banyak perbedaan suku, ras, dan agama. kesenian ini muncul dari nenek moyang daerah Pacet Mojokerto, yang mewariskan budayanya secara turun - temurun ke anak cucu mereka sehingga kesenian ini masih terjaga keasliannya dan dapat lestari hingga di era modern ini. Kesenian ini dialuni dengan gamelan khas jawa sebagai unsur musik dari kesenian ini.
Sudah tergambar di kepala kita bahwa Bantengan pasti berkaitan dengan banteng, namun Bantengan disini bukan merupakan banteng asli, namun banteng yang diperankan oleh orang. Jika kita bicara tentang peran pasti berkaitan dengan drama, memang benar dalam kesenian ini kita menggunakan orang yang memakai kostum sehingga mirip dengan hewan. Namun, kesenian ini bukanlah seni drama yang memakai alur sehingga terdapat jalan cerita yang dimengerti oleh penontonnya melainkan memakai ritual pemanggilan roh halus sehingga dapat berperan dengan cara merasuki badan mediator yang nantinya bergerak sesuai kemauan roh halus.
Bicara tentang roh halus memang beberapa dari kita mendengarnya sedikit takut, karena identik dengan hantu, jin, maupun makhluk halus lainnya. Memang dalam kesenian ini kita menggunakan roh halus sehingga kesenian ini dapat terlaksana, jadi terdapat beberapa ritual pemanggilan yang dilakukan oleh pawang agar roh halus datang dan dapat masuk ke mediator. Untuk mediator juga bukan orang sembarangan, namun mediator merupakan anggota kesenian ini yang mana mempunyai kontrak dengan roh halus, sehingga nantinya roh halus tersebut bisa masuk ke tubuh orang yang tepat.
Cerita dimulai dari tari kembangan yang dilakukan salah seorang pendekar sebagai tanda dimulainya kesenian bantengan ini. Pendekar menampilkan beberapa jurus andalan dari perguruannya, jadi setiap perguruan mempunyai jurus andalannya masing - masing. Setelah melakukan tari kembangan, kesenian dilanjutkan dengan pencak silat yang mana terdiri dari beberapa bagian tegantung alat yang digunakan, yaitu pecut, clurit, obor, dan ada juga yang menggunakan tangan kosong. Terdapat pihak yang menang dan kalah, untuk yang menang adalah dia yang mampu bertahan sampai akhir tanpa kerasukan. Sebaliknya yang kalah adalah dia yang kerasukan roh halus lebih awal. Cerita mulai seru saat banyak mediator yang kerasukan, kemudian setelah banyak mediator yang kerasukan biasanya dilanjut dengan macanan, yang mana belum menggunakan banteng dalam pertunjukannya. Setelah sedikit lama, acara dilanjut dengan Bantengan yang mana merupakan inti acara. Setelah bantengan usai maka berakhirlah juga kesenian ini. Mediator akan disembuhkan oleh pawang dengan doa khusus. Sebenarnya Bantengan ini juga terdapat di daerah Batu, Malang ataupun daerah Jawa Timur lainnya. Namun, Bantengan khas Mojokerto berbeda dengan daerah Jawa Timur lain, dilihat dari serangkaian acara yang ditampilkan dan bentuk dari banteng maupun macannya.
2. HAUL
Haul Syech Jumadil Kubro adalah peringatan wafatnya Syech Jumadil Kubro yang dilaksanakan setiap tahun di areal situs Kompleks Makam Troloyo. Syeh Jumadil Kubro adalah penyebar agama Islam di tanah jawa pada masa Kerajaan Majapahit. Beliau adalah leluhur dan guru dari para Walisongo sesudahnya. Mengingat begitu besarnya jasa beliau bagi perkembangan agama Islam di tanah Jawa, khususnya Jawa Timur, maka banyak kalangan umat Islam yang berkeinginan mendoakannya pada hari wafatnya. Hal ini dikenal sebagai Haul. Dalam Haul Syech Jumadil Kubro, digelar serangkaian kegiatan keagamaan seperti Khotmil Qur-an, Istighotsah, Pembacaan Tahlil serta pagelaran Seni Hadrah yang diikuti oleh peziarah dari seluruh penjuru Jawa Timur.

3. WAYANG KULIT
Dalam kitab arjuna wiwaha diungkapkan bahwa kesenian wayang sudah berkembang dan digemari masyarakat sejak zaman airlangga raja kahuripan, yang menurut beberapa sumber sejarah ditengarai terletak di wilayah kabupaten mojokerto. dari sumber cerita jawa menerangkan bahwa kesenian wayang juga dikembangkan pada masa pemerintahan raja sri aji jayabaya di mamenang kediri sejak tahun 930. di kabupaten mojokerto kesenian wayang kulit dikembangkan oleh ki dalang ki asmoro dari bejijong trowulan dengan ciri khas daerah wayang versi trowulan. Dalang ki asmoro boleh dikatakan perintis dan sekaligus sebagai guru dari dalang-dalang di kabupaten mojokerto yang dikenal hingga saat ini.
Anom Sudarmaji tak seperti perajin wayang kulit kebanyakan. Selain bisa membuat tokoh pewayangan,  ia juga adalah seorang dalang tersohor di Mojokerto. Terlebih lagi, wayang yang ia buat berukuran ekstra besar alias jumbo. Hampir semua tokoh pewayangan dengan ukuran jumbo sudah ia buat, seperti tokoh Anoman, Berontoseno, Kolo Merco serta masih banyak tokoh pewayangan lainya. Membuat serta memainkan wayang kulit berukuran jumbo bukan tanpa alasan bagin Ki Anom. Kesenian khas Jawa itu memang telah ditinggalkan masyarakat, tergerus oleh banyaknya kesenian modern. Ia membuat wayang kulit ukuran jumbo agar menjadi lebih menarik dan berkesan sehingga banyak masyarakat menjadi suka untuk menonton wayang kulit. Ide membuat wayang kulit jumbo dimulai 15 tahun yang lalu, muncul saat ia menonton acara wayang kulit di televisi yang menampilkan Ki Enthus yang memainkan wayang kulit berukuran jumbo.
4. LUDRUK
Ludruk termasuk seni teater tradisional yang sangat digemari oleh masyarakat Mojokerto. Untuk menarik para penggemar seni teater ludruk pada pegelarannya sudah mulai dikembangkan dan banyak kreasi baru. Penampilan yang lebih segar memberikan pesona tersendiri bagi penggemarnya. Kesenian ludruk terdapat di Kecamatan Kemlagi dan Jetis
5. KUDA LUMPING
Kesenian Kuda Lumping adalah gambaran dari sebuah refleksi proses kehidupan sosial masyarakat, dalam keberadaan dan perkembangannya di wilayah Kabupaten Mojokerto cukup positif.
6. Grebeg Suro
Tradisi Grebeg Suro Majapahit adalah tradisi tahunan yang dilaksanakan setiap tanggal 1 Suro kalender Saka. Tradisi ini di pelopori oleh Yayasan Among Tani. Rangkaian kegiatannya antara lain : Ziarah ke makam leluhur dan pahlawan, pentas kesenian dan makanan rakyat, grebeg suro (arak-arakan dengan kostum era kejayaan Majapahit dan ditutup dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Tradisi Grebeg Suro secara keseluruhan dimaksudkan sebagai bagian dari ruwat agung (permohonan keselamatan dan kesejahteraan) bagi bumi nusantara.

7. Ujung
Kesenian Ujung tumbuh menjadi kesenian rakyat sebagai visualisasi perjuangan Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit, pada saat mengalahkan bala tentara Tartar. Dalam atraksi kesenian ujung, dua orang petarung atau lebih melakukan aksi saling cambuk satu sama lain menggunakan rotan. Pertarungan dilakukan secara sportif dan dalam suasana bersahabat meski terkadang sampai bercucuran darah. Rotan adalah simbol senjata "Sodo Lanang" yang digunakan Raden Wijaya dalam pertempuran melawan bala tentara Tar-tar.

8. Tari Mayang Rontek
Tari Mayang Rontek merupakan salah satu tarian khas yang dimiliki Kabupaten Mojokerto. Tari Mayang Rontek dijadikan sebagai tari pembuka dalam adat prosesi Pengantin Mojoputri. Busana Tari Mayang Rontek dipengaruhi oleh masuknya budaya Islam ke Tanah Jawa. Hal ini dapat diketahui dari bentuk visual busana Tari Mayang Rontek yang tertutup.Tujuan penelitian ini adalah untuk melestarikan Tari Mayang Rontek agar tidak punah, sebagai acuan dan langkah-langkah pengembangan tentang kesenian di Kabupaten Mojokerto karena Tari Mayang Rontek merupakan tarian khas yang memiliki nuansa Kerajaan Majapahit. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan objek Tari Mayang Rontek pada tahun 1995 dan 2016 di Kabupaten Mojokerto. Subjek dalam penelitian ini adalah pencipta Tari Mayang Rontek, pelatih Tari Mayang Rontek, penari dan pemusik Tari Mayang Rontek serta beberapa warga Kabupaten Mojokerto. Data penelitian diperoleh melalui observasi partisipasi, wawancara dan dokumentasi. Cara analisis data dengan tahap-tahap: reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi sumber.Hasil penelitian yang diperoleh adalah: 1) Bentuk pertunjukan Tari Mayang Rontek dalam Gelar Seni Budaya Daerah pada tahun 2016 sebagai Tari khas dari Mojokerto yang dahulu menjadi pelengkap manten Mojoputri, kini tampil dalam bentuk pagelaran. 2) Fungsi Tari Mayang Rontek: sebagai sarana hiburan, pertunjukan sarana pendidikan.


.
.
.
nah itu tadi ada 8 kesenian khas Mojokerto yang aku ambil dari berbagai sumber. semoga bisa membantu yah gaes...

Rabu, 14 Juni 2017

Makalah BUMI DAN ALAM SEMESTA



BUMI DAN ALAM SEMESTA



MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Konsep Dasar IPA SD
Yang dibina oleh Bapak Drs. Heru Agus Tri W., M.Pd.



oleh:
Nining Khasanah                    160151600014










UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Mei 2017



KATA PENGANTAR


Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya,  saya dapat menyelesaikan makalah ini . Dalam makalah ini, saya membahas mengenai “ Bumi dan Alam Semesta”. Makalah ini dibuat untuk menjelaskan tentang materi kebumian dan alam semesta (antariksa) dari mata kuliah Konsep Dasar IPA SD program study S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas saya dalam mata kuliah Konsep Dasar IPA SD. Saya mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Dosen pembimbing mata kuliah Konsep Dasar IPA SD, yang telah memberikan tugas ini sebagai dasar pembelajaran saya.
2.      Teman-teman Offering E-6 PGSD atas dukungan dan do’anya.
Saya menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran  yang membangun sangat saya harapkan dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.






                                                                                       Malang, 7 Mei 2017


                                                                                                Penyusun







DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ v
DAFTAR TABEL.................................................................................................. vi


BAB II ALAM SEMESTA DAN TATA SURYA
2.1 Terbentuknya Alam Semesta. 3
2.2 Tata Surya. 7
2.2.1 Pengertian Tata Surya……………………………………………….
            2.2.2 Asal-Usul Tata Surya………………………………………………..
            2.2.3 Model Tata Surya……………………………………………………
            2.2.4 Penggolongan/Pengelompokkan Planet…………………………......
            2.2.5 Anggota Tata Surya…………………………………………………
            2.2.6 Bintang dan Galaksi…………………………………………………

BAB III STRUKTUR BENTUK, GERAKAN BUMI DAN PENGARUHNYA
            3.1.1 Litosfer……………..………………………………………………
            3.1.2 Hidrosfer……………………………………………………………
            3.1.3 Atmosfer……………………………………………………………
 3.2 Bentuk Bumi………………………………………………………………
3.3 Gerakan Bumi dan Akibat Gerakan Bumi…………………………………
        3.3.1 Rotasi dan Akibatnya……………………………………………….
        3.3.2 Revolusi dan Akibatnya…………………………………………….

BAB IV GERHANA
4.2 Gerhana Matahari…………………………………………………………

BAB V POSISI BUMI MIRING DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBAGIAN WILAYAH
5.1 Posisi Bumi yang Miring terhadap Matahari……............…………………
5.2 Pembagian Wilayah Di Bumi Berdasarkan Garis Lintang dan Garis Bujur

BAB VI MATAHARI
6.1 Pengertian Matahari………………………………………………………..
6.2 Struktur Matahari…………………………………………………………..
6.3 Lapisan Matahari………………….......…………………………………...

BAB VII KESIMPULAN………………………………………………………...


 













DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1:Model Copernicus
Gambar 2.2:Planet Merkurius
Gambar 2.3:Planet Venus…………………………………………….
Gambar 2.4:Planet Bumi…………………………………………….
Gambar 2.5:Planet Mars…………………………………………….
Gambar 2.6:Planet Yupiter…………………………………………….
Gambar 2.7:Planet Saturnus…………………………………………….
Gambar 2.8:Planet Uranus…………………………………………….
Gambar 2.9:Planet Neptunus…………………………………………….
Gambar 2.10:Planet Pluto…………………………………………….
Gambar 2.11:Komet…………………………………………….
Gambar 2.12:Metorid, Meteor Dan Meteorit…………………………………
Gambar 2.13:Alam Semesta Kapteyn…………………………………………….
Gambar 3.1:Lapisan Atmosfer…………………………………………….
Gambar 3.2:Tampilan Bulan…………………………………………….
Gambar 3.3:Kalender Komariyah (Hijriyah) Dan Syamsiyah (Masehi)…….
Gambar 3.4:Bumi Mengelilingi Matahari………………………………………
Gambar 4.1:Gerhana Bulan…………………………………………….
Gambar 4.2:Gerhana Matahari Total…………………………………………….
Gambar 4.3:Gerhana Matahari Partial………………………………………
Gambar 4.4:Gerhana Matahari Cincin ………………………………………
Gambar 5.1:Pembagian Bumi Berdasarkan Garis Lintang……………………..
Gambar 5.2:Pembagian Garis Meridian Atau Garis Bujur………………… Gambar 6.1:Matahari…………………………………………….
Gambar 6.2:Struktur Matahari…………………………………………….
Gambar 6.3:Lapisan-Lapisan Matahari………………………………………



DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 5.1:        Kemiringan Sumbu Beberapa Benda Tata Surya……………..





























BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kajian tentang terbentuknya alam semesta ini masih mengandung ketidakpastian tetapi ada sebuah teori yakni teori Big Bang (Dentuman Besar) atau teori Bola Api Purba (Primeval Fireball) yang dikemukakan menunjukkan mufakat yang masih disepakati oleh ahli-ahli astronomi, para ahli menyatakan bahwa teori ini bisa saja berubah jikalau ada fakta, kejelasan dan bukti lebih lanjut yang dapat menguatkan kajian terbentuknya alam semesta. Selanjutnya kedalam lingkup yang lebih kecil yakni tata surya, tata surya adalah kumpulan benda-benda langit yang mana matahari sebagai pusatnya dalam sub bahasan tata surya akan dibahas masalah asal-usul tata surya, anggota tata surya, bintang dan galaksi.
Setelah alam semesta kemudian tata surya sekarang ke planet dimana dijuluki planet kehidupan. Bumi, bumi biasa disebut planet kehidupan karena planet bumi memenuhi syarat untuk dihuni oleh makhluk hidup. Setiap planet mengalami pergerakan begitu pula dengan bumi, pergerakan yang sudah tidak asing bagi kita yakni ada dua rotasi dan revolusi. Bumi mengalami rotasi dan revolusi dengan jangka waktu rotasi (satu bulan) dan revolusi (satu tahun), dua pergerakan ini mengakibatkan bumi terbagi waktu dan wilayahnya.
Dalam makalah ini akan dibahas salah satu peristiwa yang sudah tidak asing lagi bagi kita yakni gerhana. Dalam bahasan ini gerhana ada dua, gerhana bulan dan matahari. Gerhana terjadi karena adanya posisi bumi, bulan dan matahari yang membentuk satu garis lurus dan posisi bulan dan bumi yang berubah. Posisi bumi yang miring juga mempengaruhi pembagian wilayah yang ada dibumi, pembagian wilayah ini tidak dilakukan dengan sembarang akan tetapi berdasarkan pada Garis Lintang dan Garis Bujur yang nantinya akan membagi wilayah bumi menjadi beberapa wilayah.
Matahari adalah bintang kehidupan bagi seluruh makhluk hidup karena matahari merupakan pusat energi, sumber kehidupan dan pusat tata surya.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kajian terbentuknya alam semesta?
2.      Apa yang dimaksud tata surya dan bagaimana modelnya dalam alam semesta?
3.      Bagaimana penggolongan tata surya dan apa saja anggota dari tata surya?
4.      Bagaimana struktur serta bentuk bumi dan struktur serta lapisan matahari?
5.      Apa akibat dari gerakan bumi (rotasi dan revolusi)?
6.      Apa yang dimaksud dengan gerhana bulan dan gerhana matahari?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan memahami mengenai kajian terbentuknya alam semesta
2.      Untuk mengetahui dan memahami mengenai tata surya dan modelnya dalam alam semesta.
3.      Untuk mengetahui dan memahami mengenai penggolongan tata surya dan anggota dari tata surya.
4.      Untuk mengetahui dan memahami mengenai struktur serta bentuk bumi dan struktur serta lapisan matahari.
5.      Untuk mengetahui dan memahami mengenai akibat dari gerakan bumi (rotasi dan revolusi).
6.      Untuk mengetahui dan memahami mengenai gerhana bulan dan gerhana matahari.








BAB II
ALAM SEMESTA DAN TATA SURYA
2.1  Terbentuknya Alam Semesta
Asal Alam Semesta
Kajian (studi)  tentang sifat evolusi dan asal alam semesta (universe) disebut Kosmologi.  Kesimpulannya masih mengandung ketidakpastian tetapi teori Dentuman Besar (Big Bang)  atau teori Bola Api Purba (Primeval Fireball)  yang dikemukakan di sini menunjukkan konsensus yang masih disepakati di antara ahli - ahli astronomi.  Gagasan ini pertama kali ditemukan oleh ahli astronomi Belgia,  Abbe Georges Lemaitre dalam tahun 1927 dan seperti ahli-ahli yang lain menyatakan bahwa teori ini dapat berubah bahkan gugur bilamana diperoleh fakta,  kejelasan,  dan bukti lanjut yang lebih baik.
1.      Pandangan Orang Yunani Kuno
Orang Yunani pada zaman dahulu mengira bahwa langit dengan bumi, sehingga bumi nampak sangat kecil bila dibandingkan dengan langit. Mereka mengira bahwa bumi diatur oleh dewa-dewa, ada dewa Helios diakui sebagai dewa matahari dan dewa Zeus diakui sebagai dewa Guntur. Anggapan seperti itu ternyata semakin lama semakin diakui oleh masyarakat, hal itu berkat pengamatan dan pengiriman yang lebih teliti dan maju oleh orang-orang sesudah zaman itu, misalnya Pythagoras, Aristoteles, Ptolomeus dan lain sebagainya.
2.      Pandangan menurut Galileo Galilei
Galileo Galilei hidup pada zaman setelah ditemukannya teleskop, pada tanggal 7 Januari 1610 Galilei dengan menggunakan teleskop menemukan bahwa Yupiter bukan hanya setitik cahaya kecil, melainkan berupa bola besar dengan 4 buah pengiringnya. Ia menemukan jalur hitam dipermukaan bulan dan diduga laut atau samudra. Dia juga membenarkan teori Corpenicus, karena dia menyetujui teori Corpenicus maka dia dihukum (dipenjara) oleh Pengadilan Gereja sampai meninggal. Pada masa ini gereja memegang kekuasaan terbesar sehingga jikalau ada pendapat yang bertentangan maka akan dihukum.
3.      Model Big Bang
Gagasan Big Bang didasarkan pada alam semesta yang berasal dari keadaan panas dan padat yang mengalami ledakan dahsyat dan mengembang.  Semua galaksi di alam semesta akan memuai dan menjauhi pusat ledakan.  Pada model Big Bang,  alam semesta berasal dari ledakan sebuah konsentrasi materi tunggal beberapa 1010 tahun yang lalu yang secara terus menerus berekspansi sehingga pada keadaan yang lebih dingin (pergeseran merah galaksi) seperti sekarang.  Beberapa helium yang ditemui dalam bintang-bintang sekarang kemungkinan berasal dari reaksi nuklir dalam bola api kosmik yang padat. George Gamow (fisikawan) mengkaji model asal alam semesta ini dan menghitung ledakan yang menghasilkan sejumlah besar letupan foton-foton.  Ia memprediksi foton ini,  tergeser merah oleh ekspansi alam semesta yang diamati sekarang sebagai foton-foton gelombang radio dan temperatur 3 K merupakan penjelasan yang baik sebagai radiasi latar yang ditemukan oleh Arno Penzias dan Robert Wilson di Amerika tahun 1965
Fakta menunjukkan bahwa alam semesta mengembang kecepatan yang meningkat dengan jarak, karena cahaya galaksi lebih jauh tergeser merah lebih besar maka ia terlihat pada bumi kurang energik daripada ia tidak tergeser merah (foton merah kurang energik daripada foton biru) dengan memakai konstanta Hubble 100Km s-1/megaparsek, diperoleh bahwa pada jarak 3000 megaparsek, kecepatan resesi (pergeseran merah) adalah 3.105 Km/s = kecepatan cahaya. Jadi galaksi yang berjarak lebih dari 3000 megaparsek (horizon alam semesta yang diamati) tidak pernah terlihat.
Galaksi mengandung hidrogen sekitar tiga kali lebih banyak daripada helium.  Pengamatan ini dapat dijelaskan sebagai akibat pendinginan alam semesta setelah dentuman besar.  Di atas temperatur 10 milyar derajat,  netron dan proton terlepas bebas dari intinya.  Begitu alam semesta menjadi dingin,  netron dan proton bergabung membentuk inti helium pada 10 milyar derajat,  menyisakan kelebihan proton sebagai inti hydrogen karena terdapat 14 proton untuk setiap 2 netron sebelum inti atom dibentuk,  maka setiap inti helium menangkap 2 proton dan 2 netron,  menyisakan kelebihan 12 proton sebagai inti hidrogen,  bersesuaian dengan radio massa hidrogen terhadap helium sebesar tiga berbanding satu.
4.      Model Keadaan Tunak
Meskipun model Big Bang (Dentuman Besar) merupakan hipotesis yang paling mungkin dalam mendiskusikan asal usul alam semesta,  tetapi teori lain juga telah diusulkan,  misalnya teori Keadaan Tunak(Steady State Theory)  yang diusulkan pada tahun 1948 oleh H Bondi,  T.  Gold,  dan F.  Hoyle dari Universitas Cambridge.  Menurut teori ini,  alam semesta tidak ada awalnya dan tidak akan berakhir.  Alam semesta selalu terlihat tetap seperti sekarang.  Materi secara terus-menerus datang berbentuk atom-atom hidrogen dalam angkasa (space)  yang membentuk galaksi baru dan mengganti galaksi lama yang bergerak menjauhi kita dalam ekspansinya.
Dalam model Keadaan Tunak (mantap),  tidak ada bola api kosmik,  karenanya radiasi latar (background radiation)  bukan temperatur 3K.  Jika identifikasi radiasi ini benar,  maka hipotesis keadaan tunak (tetap) adalah salah tetapi jika diperoleh penjelasan lain untuk radiasi 3K maka seluruh persoalan (subject) dapat dibangkitkan kembali.  Selama tahun 1960-an,  dari astronomi radio jelas terkesan bahwa densitas ruang (jumlah per kubik parsek)  galaksi yang mengemisikan radio lebih jauh jaraknya pada masa yang lalu daripada masa sekarang.  Tampaknya gagasan ini berbeda bahwa alam semesta selalu sama dan rupanya menyimpang dari Keadaan Tunak. 
5.      Model Osilasi
Teori osilasi menduga bahwa alam semesta tidak ada awal dan tidak ada akhirnya.  Dalam model dikemukakan bahwa alam semesta sekarang dalam kondisi tidak konstan,  melainkan berekspansi yang dimulai dengan dentuman besar (Big Bang),  kemudian beberapa waktu yang akan datang gravitasi mengatasi efek ekspansi ini sehingga alam semesta akan mulai mengempis (collapse),  akhirnya mencapai titik koalisensi(gabungan)  asal dimana temperatur dan tekanan tinggi akan memecahkan semua materi ke dalam partikel - partikel elementer (dasar) sehingga teriadi dentuman besar baru dan ekspansi mulai lagi. 
Alam semesta mungkin telah memulai dalam sebuah dentuman besar (Big Bang),  atau mungkin berada dalam keadaan tetap atau dalam keadaan berosilasi.  Dalam setiap kasus,  alam semesta sekarang ditandai dengan proses ekspansi dan dipenuhi oleh radiasi yang mirip dengan radiasi yang diperkirakan Big Bang.  Jarak yang yang besar di antara galaksi membuat alam semesta hampir kosong (hampa), densitas materi di alam semesta secara rata-rata adalah sekitar 10-30 gr/cm3 atau dapat dikatakan bahwa dalam alam semesta ditempati satu atom hidrogen untuk setiap 1,7.106 cm3 (1.105 inci3).

2.2  Tata Surya
2.2.1  Pengertian Tata Surya
Tata Surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya atau bisa juga diartikan sekumpulan dari sekelompok benda langit yang berpusat pada matahari

2.2.2  Asal-Usul Tata Surya
1.      Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling Matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.
2.      Hipotesis Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan Matahari, pada masa awal pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan Matahari, dan bersama proses internal Matahari, menarik materi berulang kali dari Matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari Matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.


3.      Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada Matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari Matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet. Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.
4.      Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
5.      Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
6.      Hipotesis Protoplanet
Teori ini dikemukakan oleh Carl Van Weizsaecker, G.P. Kuipper dan Subrahmanyan Chandarasekar. Menurut teori protoplanet, di sekitar matahari terdapat kabut gas yang membentuk gumpalan-gumpalan yang secara evolusi berangsur-angsur menjadi gumpalan padat. Gumpalan kabut gas tersebut dinamakan protoplanet.

Sejarah penemuan
Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang, karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa Matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang sebelumnya digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543). Susunan heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.
Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter. Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya.
Pada 1781, William Herschel (1738-1822) menemukan Uranus. Perhitungan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini ada yang mengganggu. Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus.
Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lainnya yang letaknya melampaui Neptunus (disebut objek trans-Neptunus), yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Objek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).
Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, objek ini juga memiliki satelit.

2.2.3  Model Tata Surya
Model Tata Surya Copernicus
Benda-benda astronomis memainkan peranan dalam cabang ilmu geofisika.  Lebih dari 2.000 tahun yang lalu"fakta nyata” bahwa bintang,  planet,  dan matahari,  juga bulan semuanya bergerak mengelilingi bumi,  telah diterima sebagai dasar model geosentris (pusat - bumi)  tata surya.  Gerak semis (apparent motions) planet, bulan dan matahari relatif terhadap bintang dan terhadap satu bulan sama lain dijelaskan secara hampir lengkap dalam teori geosentris Hipparchus pada tahun kira-kira 140 sebelum Masehi (circa 140 before Christ atau ca.  140 B.C),  Hipparchus adalah ahli astronomi terbesar dalam Yunani Kuno(Ancient Greece).
Selanjutnya teori tersebut dikembangkan oleh Claudius Ptolemacus (Ptolemy)  sekitar tahun 150 T.M dan biasanya disebut “teori Ptolemaic”.
Dalam teori Ptolemaic,  bumi berada pada Pusat alam semesta (universe).  Bulan berputar (revolve)  mengelilingi bumi dengan orbit yang paling dekat,  sementara bintang-bintang terletak dalam bulatan angkasa (celestial sphere)  yang besar dan berputar dalam orbit teori yang paling jauh.  Antara bulan dan bintang-bintang terletak orbit matahari. Planet-planet ini bergerak dengan masing-  masing orbitnya sendiri di sekitar bumi.  Orbit Venus dan Merkurius ditempatkan antara orbit bulan dan matahari,  sedangkan orbit planet-planet yang lain seperti Mars,  Jupiter dan Saturnus diduga terletak antara matahari dan bintang-bintang.  Kesulitan utama dalam model geosentris adalah retrogresi (kemunduran)  periodik dari planet-planet.  Lintasan semu (apparenu path)  planet sepanjang tahun relatif terhadap bintang-bintang adalah lengkungan(kurva) yang tidak rata.  Malahan,  adakalanya planet-planet diamati berbalik ke belakang (mundur) sebelum bergerak ke depan lagi selama tahun tersebut.  Untuk menjelaskan gerak mundur semu ini di dalam maka kerangka(framework)  teori geosentris,  perlu menganggap bahwa planet-planet bergerak dalam lintasan-lintasan sirkular kecil yang disebut episiklus (epicycles),  ketika planet-planet mengikuti orbit besar mengelilingi bumi.
Ahli astronomi Yunani,  Aristarchus (kira-kira 310-230 SM) pernah menyatakan bahwa matahari mungkin berada pada pusat alam semesta,  dan bumi mengitarinya, meskipun kemudian ia sendiri menolak gagasannya.  Konsep heliosentris ini belum mendapat tempat dalam bidang astronomi. 
Baru pada tahun 1543 terjadi revolusi ilmiah besar-besaran oleh Copernicus(1473 - 1543)  yang mengganti model geosentris model heliosentris yang lebih sederhana.  Planet-planet yang berada di antara matahari dan bintang berevolusi terhadap matahari dengan orbit berbentuk lingkaran. 

Dalam model Copernicus,  matahari berada pada pusat alam semesta,  bintang-bintang terletak pada bulatan angkasa dan berputar mengelilingi matahari.  Antara bintang-bintang dan matahari adalah planet-planet termasuk bumi yang berputar mengelilingi matahari dalam masing-masing orbitnya, 

Gambar 2.1 “Model Copernicus

Gerak mundur semu (apparent retrograde)  dari planet-planet dijelaskan dengan gerak relatif bumi dan planet-planet yang bergerak di sekitar matahari dengan kecepatan sudut berbeda.  Model Copernicus tidak sempurna (deficient) dalam dua hal (respect): bintang-bintang tidak berputar di sekitar matahari dan planet-planet tidak mengikuti orbit sirkular

2.2.4  Penggolongan atau Pengelompokkan Tata Surya
Pengelompokkan tata surya didasarkan oleh dua hal yang pertama, berdasarkan jarak tiap planet terhadap matahari dan yang kedua berdasarkan ukuran tiap planet dengan bumi sebagai acuan
Berdasarkan jarak tiap planet terhadap matahari planet-planet dalam tata surya dikelompokkan menjadi dua, yakni; planet inferior dan planet superior
1.      Planet inferior (planet dalam) adalah planet-planet yang peredarannya ada diantara matahari dan bumi. Planet yang tergolong dalam planet inferior ada 3 yaitu Merkurius, Venus dan Bumi
2.      Planet superior (planet luar) adalah planet-planet yang peredarannya ada diluar peredaran bumi. Planet yang tergolong dalam planet superior adalah Mars, Asteroid, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
Berdasarkan ukurannya para ahli mengelompokkan planet-planet itu menjadi:
1.      Planet kebumian (planet terestrial/planet minor), merupakan planet yang ukuran dan massanya lebih kecil atau sama dengan bumi, rapat massa rata-rata 3,8-5,5 g/cm3 dan atmosfer pengoksidasi adalah O2, CO2, dan H2O. Planet yang tergolong dalam planet kebumian adalah Merkurius, Venus, Bumi dan Mars.
2.      Planet jovian (planet raksasa/planet mayor), merupakan planet yang ukuran dan massanya lebih besar daripada bumi yaitu 13-320 massa bumi, rapat massa rata-rata = 0,7-2,2 g/cm3 dan atmosfer pereduksi adalah H2, CH4 dan NH3. Planet yang termasuk planet jovian adalah Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus.

2.2.5  Anggota Tata Surya
1.      Merkurius (Arab; Utarid, Sansekerta: Budha)
Planet terdekat dengan matahari, jarak rata-rata dari matahari 57,8 juta Km. Waktu revolusi 88 hari, rotasinya 59 hari, garis tengah pada ekuator 4880 Km. Gravitasi pada permukaan Merkurius 0,38 gravitasi dipermukaan bumi, Merkurius tidak mengandung atmosfer, tekanannya sedikit lebih kecil 10-15 atm, temparaturnya berkisar -173oC pada malam hari dan +427oC pada siang hari. Merkurius tidak memiliki satelit.
Gambar 2.2 “Planet Merkurius
2.      Venus (Arab: Zahara atau Kejora, Sansekerta: Sita)
Venus terlihat seperti bintang pagi dan bintang sore, waktu revolusinya 225 hari. Tingkat paling terang Venus dapat mencapai 13 kali lebih terang dari tingkat terang Sirius, suhu tertinggi Venus dapat mengakibatkan efek rumah kaca atau green house, Venus tidak memiliki satelit.
Gambar 2.3 “Planet Venus
3.      Bumi
Bumi biasa disebut sebagai planet kehidupan, karena dibumi merupakan satu-satunya planet dapat dihuni oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Jarak rata-rata ke matahari 149 juta Km, waktu revolusinya 365,25 hari (satu tahun) dan waktu rotasinya 29,5 hari (satu bulan). Bumi memiliki dua satelit yaitu Bulan dan Luna
Gambar 2.4 “Planet Bumi
4.      Mars (Arab: Marich, Sansekerta: Anggoro)
Mars biasa disebut planet merah karena warnanya jika dilihat dengan teropong berwarna merah. Waktu revolusi 687 hari (hamper 2 tahun), rotasinya 24 jam 37 menit 22,58 detik. Mars memiliki tekanan udara 1/100 atm, suhu permukaannya sekitar 150K – 300K. mars memiliki 2 satelit yaitu Phobos dan Daimos.
Gambar 2.5 “Planet Mars
5.      Ateroida / planetoida
Pada tanggal 1 Januari 1801 seorang astronom (Piazzi) menemukan planet-planet kecil yang disebut Ceres atau Dewi Kehidupan, pada tahun 1802 Olbers menemukan planetoida kedua yang diberi nama Pallas, pada tahun 1804 ditemukan planetoida yang diberi nama Yuno, tahun 1807 ditemukan planetoida yang diberi nama Festa, tahun 1845 ditemukan oleh Hecnke. Sekarang telah ditemukan 5000 planetoida dan kira-kira 1700 telah diketahui orbitnya.
6.      Yupiter (Arab: Mustari, Sansekerta: Wrespati)
Planet Yupiter merupakan planet terbesar dalam tata surya, planet ini bercahaya kekuning-kuningan. Waktu rotasinya 9 jam 5 menit, jarak rata-rata ke matahari 778,8 juta Km.Yupiter memiliki satelit sebanyak 16 satelit yakni Metis, Adrastea, Amathea, Thebe, Io, Europa, Ganymede, Callisto, Leda, Himalia, Lysithea, Elara, Ananke, Carme, Pasiphae, dan Sinope.
Gambar 2.6 “Planet Yupiter
7.      Saturnus (Arab: Zuhal, Sansekerta: Syanaiscara)
Saturnus merupakan planet terindah di tata surya, karena memiliki keistimewaan berupa cincin yang mengelilinginya dan juga merupakan planet terbesar kedua didalam tata surya. Waktu revolusinya ±29,46 tahun (hamper 30 tahun), rotasinya 10,7 jam. Saturnus memiliki 22 satelit.
Gambar 2.7 “Planet Saturnus
8.      Uranus
Planet ini ditemukan oleh Sir William Herschel pada tahun 1781, nama Uranus diberikan oleh Bode. Jarak rata-rata ke matahari ±2,869 milyar Km, revolusinya 84 tahun, rotasinya 17,24 jam. Uranus memiliki 17 satelit.
Gambar 2.8 “Planet Uranus
9.      Neptunus
Planet Neptunus sering disebut sebagai “kembaran” dari Uranus atau biasa disebut juga planet “pembuat ulah” karena sering beredar meninggalkan garis edarnya, planet ini ditemukan melalui penghitungan matematik oleh John Couch Adam (Inggris) dan Jean Joseph Leverrier (Perancis) dan ditemukan oleh Galle pada tahun 1846. Jarak rata-rata ke matahari ±4,497 milyar Km, waktu revolusinya 165 tahun. Neptunus memiliki 2 satelit yaitu Triton dan Nereid.
Gambar 2.9 “Planet Neptunus
10.  Pluto
Planet Pluto ditemukan oleh Clyde W. Tombaugh (seorang astronom Amerika) pada tahun 1930, orbitnya tergolong eksentrik (e=0,25) dan dapat mencapai bagian dalam orbit Neptunus. Kemungkinan Pluto hanya memiliki satu satelit yang bernama Charon yang ditemukan oleh James Christy pada tahun 1978.
Gambar 2.10 “Planet Pluto
11.  Komet
Kata komet berasal dari bahasa Yunani kometes “Si Panjang Rambut” dikatakan seperti itu karena ekornya yang nampak indah dan mengagumkan ketika komet itu mendekati matahari, komet ini juga disebut sebagai pengikut matahari. Komet adalah benda langit yang sifatnya rapuh sehingga komet mudah pecah, komet juga tergolong kedalam keluarga matahari. Ekor komet adalah materi yang tertiup oleh semburan partikel dari matahari, hal itu karena kedudukan ekor komet yang selalu menjauhi matahari.
Telah banyak komet yang sudah ditemukan oleh para astronom, komet yang paling terkenal adalah Komet Halley yang periodenya tiap 75 tahun, yang telah diamati sejak 239 SM dan terakhir terlihat pada tahun 1910 dan tahun 1986.
Gambar 2.11 “Komet Halley
12.  Meteorid, Meteor dan Meteorit
Meteorid secara terminology berarti benda luar bumi itu ketika dalam ruang angkasa atau dalam atmosfer (sering pula disebut meteor). Istilah selanjutnya meteor secara terminologi berarti peristiwa berkelebatnya cahaya itu ketika melintasi atmosfer dan istilah yang terakhir ada meteorit secara terminologi berarti benda itu, bila jatuh sebelum terbakar habis ketika mencapai permukaan bumi.
Gambar 2.12 “Meteorid, Meteor dan Meteorit

2.2.6     Bintang dan Galaksi
A.    Bintang
Bintang adalah benda langit yang mampu memancarkan cahaya sendiri akibat berlangsungnya reaksi inti di dalam tubuhnya. Bintang juga merupakan benda langit yang jaraknya sangat jauh dari bumi, Penentuan jarak bintang baru dapat dilakukan pada abad ke-19.  Cara yang digunakan adalah cara paralaks trigonometri.  Dilihat dengan teropong,  bintang hanya terlihat sebagai titik cahaya saja yang tidak ada bedanya dengan kalau kita melihat dengan mata telanjang (tanpa alat).  Penggunaan teropong atau teleskop dapat membantu pengamatan bintang lebih teliti,  di antaranya: 
1)      bintang yang sangat lemah cahayanya dapat dilihat dan diamati.  Dengan teleskop bergaris tengah 60 cm kita dapat melihat bintang yang 100.000 kali lebih lemah daripada bintang terlemah yang dilihat dengan mata telanjang (tanpa alat) 
2)      bintang yang jarak sudutnya sangat kecil dapat dilihat secara terpisah
Makin jauh letak suatu bintang,  makin kecil linlasan elipsnya dan makin kecil pula paralaksnya (pergeseran yang tampak dari titik 1 terhadap titik 2 yang disebabkan oleh perubahan posisi pengamat), pada abad ke-16 Tycho Brahe mencoba mengamati paralaks bintang.  Waktu itu belum ada teropong sehingga Tycho Brahe tidak berhasil mengamati paralaks bintang,  sehingga dia menganggap teori heliosentris Copernicus tidak benar,  walaupun dia tidak memperhitungkan ketidaksempurnaan alatnya.
Tata Nama Bintang, ada beberapa macam cara yang digunakan oleh para ahli Astronomi dalam memberikan nama bintang,  di antaranya adalah:
a.       pemberian nama berdasarkan nama yang telah diberikan atau digunakan orang sejak zaman kuno,  misalnya bintang Antares,  bintang Sirius,  bintang Betelgeuse dan bintang Aidebaran
b.      pemberian nama menurut rasi atau konstelasi tempat bintang itu berada,  misalnya Centauri adalah bintang terterang di rasi Centaurus.  Sedang bintang Centauri adalah bintang kedua terterang dirasi Centurus,  demikian seterusnya. Bintang Antares juga disebut bintang Scorpii,  artinya bintang terang di rasi Scorpio.
c.       dalam astronomi modern,  nama bintang dinyatakan menurut nomornya dalam katalog.  Misalnya bintang HD 226868 adalah bintang yang tercantum dalam katalog.  Henry Draper dengan nomor 226868,  bintang M 31 adalah bintang yang terdapat dalam katalog Missier dengan nomor 31,  dan bintang NGC 6205 adalah bintang yang tercantum dalam New General Catalogue dengan nomor 6205. 

Cahaya Bintang, ada bintang yang tampak terang ada pula yang terlihat kurang terang.  Energi bintang tiba di bumi pada permukaan seluas 1 cm2 dalam selang waktu 1 detik disebut fluks energi bintang itu.  Sebuah bintang tampak terang bila fluks energinya besar, namun kuat cahaya bintang yang tampak oleh kita bukan merupakan ukuran terang sebenarnya bintang itu.  Bisa saja suatu bintang sebenarnya memancarkan energi yang relatif tidak banyak,  tetapi tampak terang berhubung letaknya yang dekat.  Atau sebaliknya,  sebuah bintang menghamburkan energi secara dahsyat,  namun dari bumi tampak lemah berhubung letaknya sangat jauh.
Energi yang dipancarkan bintang per detik disebut Luminositas bintang. Jika fluks merupakan pengukur kuat cahaya yang tampak dari bumi,  maka luminositas merupakan pengukur kuat cahaya sebenarnya bintang itu. Matahari adalah bintang,  karena letaknya yang dekat,  maka fluks energinya jauh lebih kuat dibandingkan dengan bintang-bintang lainnya. Cahaya bintang merupakan salah satu penghubung antara manusia dan bintang-bintang.  Cahaya yang kasat mata (tampak oleh mata)  sebenarnya hanya merupakan sebagian kecil gelombang elektromagnetik.
Spektrum Bintang, Spektrum (Uraian Cahaya), pada sekitar tahun 1665 Newton menunjukkan bahwa cahaya putih sebenarnya merupakan campuran dari berbagai warna.  Dengan melewatkan cahaya putih melalui gelas prisma,  warna-warna itu akan terurai.  Pada tahun 1802 Wollaston melihat adanya garis-garis gelap pada spektrum matahari.  Fraunhofer melakukan pengamatan cermat pada garis-garis itu dan berhasil mengkataloguskan 600 garis pada tahun 1815.  Delapan tahun kemudian Fraunhofer melihat bahwa spektrum bintang juga mengandung garis-garis gelap serupa dengan yang terdapat pada matahari.  Hal ini menyokong pendapat bahwa matahari adalah sebuah bintang. Selanjutnya orang mendapatkan bahwa garis-garis semacam itu dapat dibuat di Laboratorium.  Pada tahun 1859 Kirchoff mengemukakan tiga hukum yang merupakan dasar spektroskopi (lmu yang menelaah spektrum cahaya): 
1)      Bila suatu gas yang mampat dipijarkan maka gas itu memancarkan spektrum kontinu,  artinya radiasi pada semua panjang gelombang dipancarkan.
2)      Bila suatu gas yang renggang,  dipijarkan maka hanya warna-warna tertentu atau panjang gelombang tertentun saja yang dipancarkan.
3)      Bila berkas cahaya putih dengan spectrum kontinu dilewatkan melalui gas yang dingin dan renggang (bertekanan rendah),  gas tersebut akan menyerap cahaya tadi pada warna-warna atau panjang suhu gelombang tertentu
Evolusi Bintang, para ahli astronomi menyatakan bahwa bintang merupakan penghuni dari suatu galaksi. Hampir setiap galaksi terdiri dari bermilyar bintang, karena bintang mengalami evolusi. Dalam evolusinya setiap bintang mengalami kelahiran,  tumbuh dan akhirnya mati. 
Menurut penglihatan mata biasa,  warna bintang itu hanya dua macam,  yaitu yang tampak warna putih dan warna merah, namun sesungguhnya warna bintang itu banyak macamnya, ada yang berwarna putih, kuning, biru dan merah.  Di antara bintang yang tampak merah,  yang betul-betul berwarna merah ialah Betelgenx yang letaknya dalam gugusan Orion dan Antares dalam gugusan Skorpio. 
Warna yang dipancarkan oleh suatu bintang menunjukkan suhu bintang itu.  Hal itu dapat kita bandingkan jikalau kita mengipasi bara api dalam tungku,  bara api itu akan berubah warna yang mulanya merah menjadi jingga, kemudian kuning dan selanjutnya putih atau biru putih.  Begitu pula dengan yang terjadi pada bintang-bintang, sebuah bintang yang berwarna putih atau biru keadaannya lebih panas daripada bintang yang berwarna kuning.  Bintang warna kuning lebih panas dari warna Jingga,  dan warna jingga lebih panas dari warna merah.
Kelahiran sebuah bintang terjadi di bagian dalam suatu awan gas dan debu yang menyebarluas di antariksa, awan gas dan debu semacam itu banyak sekali terdapat dilangit, para astronom menyebutnya nebula. Pembentukan sebuah bintang dimulai ketika sebagian debu dan gas di bagian dalam nebula mulai berkumpul dan bergabung kemudian secara perlahan-lahan gabungan gas dan debu itu mengerut dan memadat serta dibagian dalamnya menjadi panas, maka jadilah sebuah bintang yang bersinar dan akan terus bersinar sampai hidrogennya habis terbakar.
B.     Galaksi Bimasakti
Galileo dengan teleskopnya menemukan bahwa pita cahaya difuse yang disebut kabut susu (The Milky way)  terdiri dari sejumlah besar bintang yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa (unaided eye).  Kumpulan sejumlah besar bintang dalam kesatuan akibat gravitasi mutual disebut galaksi.  Benda langit yang memancarkan cahaya sendiri disebut bintang.  Matahari adalah sebuah bintang yang termasuk dalam galaksi Bimasakti atau galaksi kabut susu (The Milky Way Galay).  Galaksi Bimasakti yang berisi sekitar 100 milyar bintang adalah salah satu sistem kumpulan bintang yang sekarang dikenal sebagai tipe utama struktur alam semesta (universe). 
Usaha untuk menentukan ukuran sistem galaksi diawali oleh ahli astronomi Belanda Jacobus Kapteyn (1851-1922)  pada abad ke 20.  Ia adalah seorang pioner astronomi statistik modern yang berusaha menghitung jumlah bintang persatuan volume (the star density)  sebagai fungsi jarak dari matahari.  Jumlah relatif bintang yang berbeda cahaya dalam contoh (sample)  yang dikaji,  dianggap sama seperti jumlah relatif di antara bintang-bintang di sekitarnya yang dapat dikaji secara langsung.  Dengan mengetahui jumlah relatif bintang dengan kilapan (brightnesses)  dasar yang berbeda, Kapteyn mampu menentukan distribusi bintang di angkasa dengan  memperlihatkan distribusi dan kilapan bintang ketika dilihat pada langit dari bumi. Galaksi model ini disebut "alam semesta Kapteyn” yang merupakan sistem berbentuk piringan kecil dengan matahari pada pusatnya, 
Gambar 2.13 “Alam Semesta Kapteyn
Dari model alam semesta Kapteyn,  diperoleh densitas bintang (jumlah bintang per satuan volume) turun menjadi setengah dari nilai di sekitar matahari pada jarak 800 parsek dan turun menjadi 1/6 nya pada jarak 3.500 parsek dalam bidang galaksi Bimasakti.
Ahli astronomi Kapteyn menganggap bahwa tidak ada material yang menyerap antara matahari dan objek-objek yang dikaji. Jika ada penyerapan maka material demikian akan menambah kesuraman bintang di samping pengurangan kilapan terhadap jarak.  Jarak yang ditetapkan dengan anggapan tidak ada absorpsi,  selalu lebih besar daripada jarak yang sebenernya (aktual). Perbedaan ini meningkat dengan jumlah absorpsi yaitu kesalahan lebih besar untuk jarak bintang yang lebih jauh.  Sekarang diketahui bahwa sebagian besar penyerapan material terlokalisasi dalam bidang galaksi.  Karya Kapteyn mengenai objek (benda) yang diletakkan dalam medium yang menyerap,  akan membatasi seorang pengamat dalam sebuah kabut yang melihat “alam semesta"  sangat kecil di sekitarnya.  Sebaliknya,  banyak kelompok bintang berbentuk bulat (globular cluster)  ditemukan jauh di atas dan di bawah bidang galaksi,  karenanya cahaya yang kita terima dari kelompok “globular” ini relatif bebas dari efek absorpsi.  Kelompok globular adalah kelompok 10.000 sampai 100.000 bintang dalam sistem yang hampir berbentuk bulat dengan bintang-bintang terkonsentrasi ke arah pusat kelompok (cluster).
Masalah absorpsi merusak kajian Kapteyn dan relatif tidak penting terhadap hasil-hasil Shapley yang mengembangkan pandangan agak berbeda tentang galaksi, Shapley menentukan jarak dari pengamatan bintang-bintang yang berdenyut berubah-ubah dalam kelompok globular. Harlow Shapley (1914) dari Observatorium "Harvard college” menemukan bahwa kelompok globular tersebar merata dibagian atas dan bawah bidang galaksi, meskipun kelompok globular ini dan tidak nampak terjadi dekat bidang tersebut.  Alam semesta menurut Kapteyn menganggap bahwa kelompok globular terpusat pada matahari, sehingga seandainya model Kapteyn benar maka kelompok globular terpusat pada sebuah titik jauh pada sisi (pinggir) galaksi.  Jika Shapley benar maka matahari berada sangat jauh menuju ujung galaksi, karenanya bumi bukan saja tidak (not only not) berada pada pusat tata surya,  tetapi tata surya itu sendiri tidak berada pada pusat galaksi.  Semua karya berikutnya tentang struktur dan ukuran galaksi pada dasarnya sesuai dengan deduksi dasar Shapley, meskipun jarak terhadap pusat galaksi yang diperoleh pada waktu sekarang sedikit lebih kecil daripada nilai jarak yang dideduksi oleh Shapley dari kajian kelompok globular.





BAB III
STRUKTUR BENTUK, GERAKAN BUMI DAN PENGARUHNYA
3.1  Struktur Bumi
3.1.1  Litosfer
Lithos (batu-batuan) sesuai dengan kulit bumi yang terdiri dari batu-batuan sehingga disebut lithosfer. Batu-batuan disini artinya lain dengan istilah batu yang kita kenal, batu mempunyai pengertian umum kompak (compact), padat sedangkan dalam ilmu bumi alam tanah gembur, pasir, tanah liat ataupun abu disebut batuan.
Kulit bumi terdiri dari unsur-unsur kimia seperti: oksigen, zak asam, silium, aluminium dan besi. Menurut terjadinya, batuan kulit bumi ada tiga macam:
1.      Batuan beku, terjadi dari magma yang telah membeku karena pendinginan
2.      Batuan endapan atau batuan sedimen, terjadi karena diendapkan oleh air, angina dan es.
3.      Batuan metamorf, batuan yang berubah wujud serta sifatnya disebabkan oleh suhu tinggi, tekanan besar dan waktu yang lama.
Terdapat salah satu teori yang menjelaskan tentang terbentuknya bumi, biasa dikenal dengan sebutan teori kabut atau teori nebula. Para ahli telah memperkirakan bahwa ada kaitan antara perkembangan lapisan kerak bumi dengan perkembangan makhluk hidup.
Di dalam litosfer terdapat lebih dari 2000 mineral dan hanya 20 mineral yang terdapat dalam batuan. Mineral pembentuk batuan yang penting, yaitu Kuarsa (Si02), Feldspar, Piroksen, Mika Putih (K-Al-Silikat), Biotit atau Mika Cokelat (K-Fe-Al-Silikat), Amphibol, Khlorit, Kalsit (CaC03), Dolomit (CaMgCOT3), Olivin (Mg, Fe), Bijih Besi Hematit (Fe2O3), Magnetik (Fe3O2), dan Limonit (Fe3OH2O). Selain itu, litosfer juga terdiri atas dua bagian, yaitu lapisan Sial dan lapisan Sima. Lapisan Sial yaitu lapisan kulit Bumi yang tersusun atas logam silisium dan alumunium, senyawanya dalam bentuk SiO2 dan Al2O3. Pada lapisan sial (silisium dan alumunium) ini antara lain terdapat batuan sedimen, granit, andesit, jenis-jenis batuan metamorf, dan batuan lain yang terdapat di daratan benua. Lapisan Sima (silisium magnesium) yaitu lapisan kulit Bumi yang tersusun oleh logam silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa SiO2 dan MgO lapisan ini mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada lapisan sial karena mengandung besi dan magnesium yaitu mineral ferro magnesium dan batuan basalt. Batuan pembentuk kulit Bumi selalu mengalami siklus atau daur, yaitu batuan mengalami perubahan wujud dari magma, batuan beku, batuan sedimen, batuan malihan, dan kembali lagi menjadi magma.
3.1.2  Hidrosfer
Hidrosfer berasal dari bahasa Yunani hydro berarti air dan sphairra bola atau bulatan, bila diterjemahkan secara bebas berarti semua air yang terdapat di bola bumi kita ini.
Berdasarkan pengamatan dan kenyataan air selalu berusaha menempati daratan da nada yang menempati laut atau lautan. Air yang ada didaratan dinyatakan sebagai air sungai, air danau, sedangkan air yang menempati lautan disebut air laut.
Berdasarkan pengamatan dan kenyataan air selalu berusaha menempati bagian terendah permukaan bumi dan juga air menutupi 70% luas permukaan bumi sedangkan daratan hanya 30% (perairan:daratan = 7:3). Apabila kita memperhatikan globe (tiruan bumi) akan nampak bumi dominan berwarna biru yang artinya sebagian besar bumi terisi oleh air
3.1.3  Atmosfer
Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di Bumi, atmosfer terdapat dari ketinggian 0 km di atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan Bumi. Atmosfer tersusun atas beberapa lapisan, yang dinamai menurut fenomena yang terjadi di lapisan tersebut. Transisi antara lapisan yang satu dengan yang lain berlangsung bertahap. Studi tentang atmosfer mula-mula dilakukan untuk memecahkan masalah cuaca, fenomena pembiasan sinar matahari saat terbit dan tenggelam, serta kelap-kelipnya bintang. Dengan peralatan yang sensitif yang dipasang di wahana luar angkasa, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang atmosfer berikut fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya.
Atmosfer Bumi terdiri atas nitrogen (78.17%) dan oksigen (20.97%), dengan sedikit argon (0.9%), karbondioksida (variabel, tetapi sekitar 0.0357%), uap air, dan gas lainnya. Atmosfer melindungi kehidupan di bumi dengan menyerap radiasi sinar ultraviolet dari Matahari dan mengurangi suhu ekstrem di antara siang dan malam. 75% dari atmosfer ada dalam 11 km dari permukaan planet. Atmosfer tidak mempunyai batas mendadak, tetapi agak menipis lambat laun dengan menambah ketinggian, tidak ada batas pasti antara atmosfer dan angkasa luar.
Lapisan-lapisan dalam atmosfer adalah sebagai berikut:
1.      Troposfer, Lapisan ini berada pada level yang terendah, campuran gasnya paling ideal untuk menopang kehidupan di bumi. Dalam lapisan ini kehidupan terlindung dari sengatan radiasi yang dipancarkan oleh benda-benda langit lain. Dibandingkan dengan lapisan atmosfer yang lain, lapisan ini adalah yang paling tipis (kurang lebih 15 kilometer dari permukaan tanah). Dalam lapisan ini, hampir semua jenis cuaca, perubahan suhu yang mendadak, angin, tekanan dan kelembapan yang kita rasakan sehari-hari berlangsung. Suhu udara pada permukaan air laut sekitar 30 derajat Celsius, dan semakin naik ke atas, suhu semakin turun. Setiap kenaikan 100m suhu berkurang 0,61 derajat Celsius (sesuai dengan Teori Braak). Pada lapisan ini terjadi peristiwa cuaca seperti hujan, angin, musim salju, kemarau, dan sebagainya.
Ketinggian yang paling rendah adalah bagian yang paling hangat dari troposfer, karena permukaan bumi menyerap radiasi panas dari matahari dan menyalurkan panasnya ke udara. Biasanya, jika ketinggian bertambah, suhu udara akan berkurang secara tunak (steady), dari sekitar 17℃ sampai -52℃. Pada permukaan bumi yang tertentu, seperti daerah pegunungan dan dataran tinggi dapat menyebabkan anomali terhadap gradien suhu tersebut.
Di antara stratosfer dan troposfer terdapat lapisan yang disebut lapisan Tropopause, yang membatasi lapisan troposfer dengan stratosfer.
2.      Stratosfer, Perubahan secara bertahap dari troposfer ke stratosfer dimulai dari ketinggian sekitar 11 km. Pada lapisan ini angin yang sangat kencang terjadi dengan pola aliran yang tertentu. Lapisan ini juga merupakan tempat terbangnya pesawat. Awan tinggi jenis cirrus kadang-kadang terjadi di lapisan paling bawah, namun tidak ada pola cuaca yang signifikan yang terjadi pada lapisan ini.
Dari bagian tengah stratosfer keatas, pola suhunya berubah menjadi semakin bertambah seiring kenaikan ketinggian. Hal ini dikarenakan bertambahnya lapisan dengan konsentrasi ozon. Lapisan ozon ini menyerap radiasi sinar ultra violet. Lapisan stratopause memisahkan stratosfer dengan lapisan berikutnya. Nama pesawat B-52 Stratofortress diambil disini. karena, kemampuan untuk terbang sangat tinggi.

3.      Mesosfer, Adalah lapisan udara ketiga, di mana suhu atmosfer akan berkurang dengan pertambahan ketinggian hingga lapisan keempat, termosfer. Udara yang di sini akan mengakibatkan pergeseran yang berlaku dengan objek yang datang dari angkasa dan menghasilkan suhu yang tinggi. Kebanyakan meteor yang sampai ke bumi terbakar pada lapisan ini. Kurang lebih 25 mil atau 40 km di atas permukaan bumi, saat suhunya berkurang dari 290 K hingga 200 K, terdapat lapisan transisi menuju lapisan mesosfer. Pada lapisan ini, suhu kembali turun ketika ketinggian bertambah − 143 o C {\displaystyle -143^{o}C} (dekat bagian atas dari lapisan ini, yaitu kurang lebih 81 km di atas permukaan bumi). Suhu serendah ini memungkinkan terjadi awan noctilucent, yang terbentuk dari kristal es. Antara lapisan Mesosfer dan lapisan Termosfer terdapat lapisan perantara yaitu Mesopause.

4.      Termosfer, Transisi dari mesosfer ke termosfer dimulai pada ketinggian sekitar 81 km. Dinamai termosfer karena terjadi kenaikan temperatur yang cukup tinggi pada lapisan ini1982 o C {\displaystyle 1982^{o}C} . Perubahan ini terjadi karena serapan radiasi sinar ultra violet. Radiasi ini menyebabkan reaksi kimia sehingga membentuk lapisan bermuatan listrik yang dikenal dengan nama ionosfer, yang dapat memantulkan gelombang radio. Sebelum munculnya era satelit, lapisan ini berguna untuk membantu memancarkan gelombang radio.

5.      Ionosfer, Lapisan ionosfer yang terbentuk akibat reaksi kimia ini juga merupakan lapisan pelindung bumi dari batu meteor yang berasal dari luar angkasa karena ditarik oleh gravitasi bumi. Pada lapisan ionosfer ini, batu meteor terbakar dan terurai. Jika ukurannya sangat besar dan tidak habis terbakar di lapisan udara ionosfer ini, maka akan jatuh sampai ke permukaan bumi yang disebut Meteorit. Fenomena aurora yang dikenal juga dengan cahaya utara atau cahaya selatan terjadi pada lapisan ini.

 Gambar 3.1 (Lapisan Atmosfer)

3.2  Bentuk Bumi
Pernyataan bahwa bumi bulat biasa digambarkan dengan kapal yang sedang berlayar dilautan, awalnya kita hanya akan melihat bendera kapal diujung tiang semakin lama akan semakin nampak tiang secara keseluruhan kemudian disusul lunas kapal dan akhirnya seluruh badan kapal, keadaan seperti itu yang menggambarkan bahwa bumi bulat. Demikian pula apabila kita terus berlayar kesatu arah, ternyata kita tidak sampai kebatas suatu tepi bumi bahkan bisa saja kita kembali ke titik awal kita berlayar, seperti hal nya yang dilakukan oleh Magellan pada tahun 1522 ia berlayar mengelilingi bumi dan ia kembali ke titik awal ia berangkat.
Ada lagi peristiwa yang menggambarkan bahwa bumi itu bulat yakni pada waktu terjadinya gerhana bulan dimana bulan tertutup bayangan bumi berupa lengkungan. Pada kejadian selanjutnya manusia yang terbang tinggi ke angkasa luar ia berhasil mengambil foto bumi yang memang bulat. Dari hasil pengukuran yang lebih teliti menunjukkan bahwa bumi tidak bulat benar seperti bola melainkan pepat pada kedua kutub dan agak gembung disekitar khatulistiwa.

3.3  Gerakan Bumi dan Akibat Gerakan Bumi
3.3.1  Rotasi dan Akibatnya
Di samping berputar mengelilingi matahari,  bumi juga mengalami gerak rotasi yaitu gerakan bumi yang berputar pada sumbu atau porosnya.  Posisi sumbu rotasi bumi membentuk sudut 23,5 terhadap sumbu tegak.  Arah rotasi bumi dari barat ke timur.  Waktu rotasi 24 jam setiap utaran.  Bila bumi berputar satu putaran penuh maka setiap tempatdi muka bumiberputar 360 Setiap satu derajat bujur ditempuh selama 4 menit.  Berarti perbedaan waktu antara dua tempat yang berjarak 15 derajat adalah satu jam.
Rotasi bumi menyebabkan hal-hal berikut:
1.      Gerak semu matahari dan benda-benda langit yang seolah-olah bergerak dari timur ke barat.
2.      Perbedaan waktu pada tempat-tempat di bumi yang berbeda bujur derajatnya.
3.      Pergantian siang dan malam.
4.      Bagian khatulistiwa bumi mengalami penggembungan dan bagian kutub mengalami pemampatan.  Berdasarkan hasil pengukuran yang teliti,  tenyata bentuk bumi tidak bulat sempurna melainkan agak pipih di bagian kutub utara dan selatan.
Bulan melakukan tiga gerakan sekaligus yaitu:
1.      Bulan berputar mengelilingi porosnya atau disebut rotasi.
2.      Bulan beredar mengelilingi bumi atau disebut revolusi.
3.      Bersama-sama bumi bergerak mengelilingi matahari.
Meskipun bulan melakukan tiga gerakan sekaligus,  waktu yang dibutuhkan untuk melakukan 1 kali rotasi (periode rotasi)  dengan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan 1 kali revolusi (periode revolusi)  adalah sama,  sehingga muka bulan yang menghadap ke bumi selalu sama,  sedangkan separuh muka lagi tidak pernah menghadap ke bumi karena posisi bulan terhadap bumi berubah akibat dari revolusi bulan,  maka separuh muka bulan yang selalu menghadap ke bumi yang terkena sinar matahari akan tampak berubah-ubah dari bumi.  Hal ini dikenal oleh kita dengan sebutan tampilan bulan. 
Gambar 3.2 “Tampilan Bulan
Periode peredaran bulan dinamakan satu bulan. Satu bulan peredaran bulan (Komariah) adalah 29  hari. Periode peredaran ini digunakan umat Islam dalam penghitungan tahun Hijriyah. Jumlah hari pada tahun Hijriyah adalah 354 hari dengan penghitungan (6 bulan x 29 hari) + (6 bulan x 30 hari) atau 29  x 12 bulan sama dengan 354 hari. Selisih dengan tahun Masehi adalah (365-354) hari = 11 hari pada tahun biasa, sedangkan pada kabisat adalah (366-354) hari = 12 hari.
Gambar 3.3 “Kalender Komariyah (Hijriyah) dan Syamsiyah (Masehi)

3.3.2  Revolusi dan Akibatnya
Bumi beredar mengelilingi matahari (revolusi) selama 365  hari sekali putaran. Lintasan bumi mengelilingi matahari tidak berbentuk bulat sempurna, tetapi berbentuk elips dengan kelonjongan (eksentrisitas) yang kecil. Ini berarti lintasan (orbit) bumi yang mengelilingi matahari hamper berbentuk lingkaran.
Semakin kecil eksentrisitas (kelonjongan),  maka bentuk lintasan mendekati lingkaran sempurna.  Lintasan bumi mengelilingi matahari dapat dilihat pada
Gambar 3.4 “Bumi Mengelilingi Matahari 

Akibat revolusi bumi dan kemiringan sumbunya,  maka pada bumi terjadi pergantian musim sepanjang tahun.  Dalam penjelasan ini ditekankan bahwa Indonesia tidak mengalami empat musim seperti halnya di bagian utara dan selatan, karena Indonesia terletak di khatulistiwa sehingga Indonesia hanya mengalami dua musim yaitu musim panas dan musim hujan.  Pada tanggal 21 Maret semua tempat di bumi mengalami lamanya siang dan malam yang sama,  dan hal ini mengakibatkan waktu siang 12 jam dan waktu malam 12 jam.
Antara tanggal 21 Maret-21 Juni, kutub utara semakin condong kearah matahari dan sebaliknya kutub selatan makin menjauhi matahari. Belahan bumi utara mengalami musim semi sedangkan belahan bumi selatan mengalami musim gugur.
Pada tanggal 21 Juni daerah di dalam lingkup kutub utara disinari matahari selama 24 jam dan ini berarti matahari tampak tidak terbenam, sedangkan dikutub selatan selalu malam. Di Indonesia bagian utara khatulistiwa, waktu siang lebih panjang daripada waktu malam, hal ini sebaliknya terjadi di Indonesia bagian selatan khatulistiwa.
Antara tanggal 21 Juni-23 September kutub utara menjauhi matahari sedangkan kutub selatan mendekati matahari.  Selama waktu tersebut di bagian utara baru terjadi musim panas sedangkan bagian selatan bumi mengalami musim dingin.
Pada tanggal 23 September daerah kutub utara mulai mengalami malam sedangkan bagian selatan mulai mengalami siang.  Matahari seakan-akan berada di khatulistiwa. 
Antara tanggal 23 September - 22 Desember,  kutub selatan condong ke matahari dan kutub utara menjauhi matahari.  Pada saat itu belahan bumi selatan mengalami musim semi dan belahan bumi utara mengalami musim gugur.
Antara tanggal 22 Desember - 21 Maret,  kutub selatan condong ke arah matahari sedangkan kutub utara menjauhi matahari.  Pada saat itu belahan bumi utara mengalami musim dingin,  sedangkan belahan bumi selatan mengalami musim panas, tanggal 21 Maret matahari berada di khatulistiwa.
Antara tanggal 23 September – 21 Maret belahan bumi bagian selatan mengalami siang yang lebih lama daripada malam, sebaliknya di belahan bumi utara mengalami mengalami malam yang lebih panjang.
BAB IV
GERHANA
4.1  Gerhana Bulan

Gerhana bulan (Lunar Eclipses) hanya dapat terjadi pada saat bulan purnama, karena pada saat itu matahari, bumi dan bulan berada pada posisi lurus dan bulan masuk di dalam bayang-bayang bumi. Bayangan bulan terdiri dari dua bagian, yaitu bagian gelap yang disebut umbra dan bagian yang tidak begitu gelap yang disebut penumbra. Gerhana bulan terjadi bila lintasan peredaran bulan dan ekliptika berimpitan, pada saat bulan dan matahari itu beroperasi (bertentangan) maka akan terjadi gerhana bulan total. Hal itu terjadi karena bulan seluruhnya masuk kedalam kerucut bayangan inti (umbra) bumi dan jika sebagian saja dari bulan masuk ke bayangan umbra bumi maka terjadilah gerhana bulan partial (sebagian)
Gambar 4.1 “Gerhana Bulan
Beberapa hal penting dari gerhana bulan:
1.      Gerhana bulan terjadi pada saat tampilan bulan purnama dan pada jarak 12o dari simpul (node)
2.      Pada gerhana bulan, bagian bulan sebelah kiri (timur) yang akan tertutup terlebih dahulu kemudian berakhir pada bagian sebelah kanan (barat).
3.      Dalam satu bulan synodis, satu kali kemungkinan terjadi gerhana bulan.
4.      Pada gerhana bulan total, seluruh peristiwa berlangsung 220 menit (60 menit untuk sekali gerhana bulan partial atau sebagian, sehingga 120 menit untuk dua kali gerhana bulan partial dan 100 menit berlangsungnya gerhana bulan total)
5.      Pada gerhana bulan gejalanya dapat dilihat di seluruh bagian bumi yang pada waktu itu dapat melihat bulan
6.      Bagian bulan yang tertutup memang tidak memberi cahaya sebab bulan memang tidak mempunyai cahaya sendiri (bulan memantulkan cahaya dari matahari)

4.2  Gerhana Matahari
Gerhana matahari terjadi karena sinar matahari yang menuju bumi terhalang oleh bulan atau sebagian permukaan bumi terkena oleh bayang-bayang bulan.
Gerhana matahari akan terjadi jika:
1.      Kerucut baying-bayang bulan cukup panjang untuk mengenai bumi
2.      Bulan berada disimpul atau pada jarak tertentu dari simpul
3.      Bulan dalam kedudukan konjungsi (searah matahari)
Gerhana matahari ada 3 jenisnya, yaitu:
1.      Gerhana Matahari Total, terjadi pada saat jarak terpendek dari bulan dan matahari (563.319 Km) sehingga bayangan inti dari bulan jatuh tepat dibumi.
Gambar 4.2 “Gerhana Matahari Total

2.      Gerhana Matahari Partial, terjadi pada saat bulan berada pada daerah bayangan penumbra, sehingga ada bagian dari matahari yang terlihat normal.
Gambar 4.3 “Gerhana Matahari Partial

3.      Gerhana Matahari Cincin, gerhana ini kebalikan dari gerhana matahari total yakni dimana jarak bulan berada di titik terjauh dari matahari, sehingga kerucut bayang-bayang inti (umbra) tidak sampai ke bumi yang mengakibatkan permukaan bumi hanya terkena perpanjangan umbra. Dikatakan gerhana matahari cincin karena pengamat melihat matahari tampak sebagai cincin putih disekitar bola hitam.
Gambar 4.4 “Gerhana Matahari Cincin

Beberapa hal penting tentang gerhana matahari:
1.      Gerhana matahari akan terjadi jika bulan baru berada pada jarak 17o dari salah satu titik simpul.
2.      Bagian matahari yang tertutup lebih dahulu di sebelah kanan (barat)
3.      Gerhana matahari hanya terlihat dari sebagian permukaan bumi saja (permukaan yang tertutup oleh bayangan-bayangan bulan)
4.      Gerhana matahari total paling lama hanya 7 menit, hanya terlihat didaerah sempit di permukaan bumi dan diluar daerah itu hanya terlihat gerhana partial
5.      Pada gerhana matahari bukan berarti matahari kehilangan cahayanya akan tetapi cahaya matahari terhalang oleh bulan
Gerhana bulan lebih lama waktunya jika dibandingkan dengan gerhana matahari, hal ini disebabkan karena bayang-bayang bumi lebih besar daripada bayang-bayang bulan. Bahaya dapat timbul apabila mata kita menatap langsung ke gerhana matahari, karena intensitas sinar inframerah dapat membakar retina.




























BAB V
POSISI BUMI MIRING DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PEMBAGIAN WILAYAH
5.1  Posisi Bumi yang Miring terhadap Matahari
Sumbu rotasi Bumi tidak tegak lurus pada bidang ekliptika, melainkan membentuk sudut 23,5 º terhadap garsi vertikal yang tegak lurus ekliptika. Kedudukan sumbu ini terhadap bidang ekliptika menghasilkan perubahan posisi matahari di atas kepala selama 1 tahun dan menyebabkan perubahan musim. Bila Bumi berada pada posisi sebelah kiri, sinar sinar matahari langsung menimpa belahan bumi utara sehingga mengalami musim panas. Belahan bumi selatan mengalami musim dingin. Sebaliknya, bila Bumi berada pada posisi sebelah kanan,daerah di belahan bumi utara mengalami musim dingin dan daerah di belahan bumi selatan mengalami musim panas. Kedudukan matahari di atas kepala pada tengah hari tidak pernah lebih besar dari garis lintang 23,5 º. Ketika matahari berada 23,5º LU dan 23,5º LS, posisi tersebut merupakan kedudukan paling jauh dari equator (soltice). Akibat kemiringan sumbu bumi terhadap ekliptika, panjang siang hari tidak selalu sama dengan panjang malam hari.
Berikut tabel yang akan menjelaskan kemiringan sumbu beberapa benda tata surya
Benda
Kemiringan sumbu (°)
Kemiringan sumbu (radian)
Matahari
7,25
0,1265
0,0352
0,000614
177,4
3,096
23,44
0,4091
6,688
0,1167
25,19
0,4396
~4
~0,07
~60
~1
3,13
0,0546
26,73
0,4665
97,77
1,7064
28,32
0,4943
119,61
2,0876
Tabel 5.1 (Kemiringan Sumbu Beberapa Benda Tata Surya)
Kemiringan terhadap orbitnya pada sistem Bumi-Bulan. Kemiringan Bulan adalah 1,5424° (0,02692 radian) terhadap ekliptika
5.2  Pembagian Wilayah Di Bumi Berdasarkan Garis Lintang dan Garis Bujur
Untuk menentukan letak suatu tempat di muka bumi tentunya kita mengenal adanya panjang geografi (sebagai absis) dan lebar geografi (sebagai ordinat), penerapannya dalam peta dan globe kita nantinya akan mengenal tentang garis lintang dan garis bujur. Garis lintang pada peta arahnya dari kiri ke kanan (absis/lintang) dan garis bujur arahnya dari bawah ke atas (ordinat/bujur)
A.    Garis Lintang, Garis lintang atau garis equator O0 adalah garis yang membentuk lingkaran yang paling besar dan membelah bumi menjadi 2 bagian (belahan bumi utara dan belahan bumi selatan) yang sama besar, di Indonesia terdapat kota yang disebut Kota Khatulitiwa yaitu Kota Pontianak di Propinsi Kalimantan Barat karena di kota ini terdapat garis khayal.
Gambar 5.1 “Pembagian bumi berdasarkan garis lintang”
Garis lintang yang membentuk lingkaran ini baik belahan bumi utara atau belaban bumi selatan makin ke arab kutub atau makin jauh dari equator makin kecil sehingga pada daerah kutub (Titik kutub tara atau Selatan)  terdapat lintang Utara (L.U.) dan lintang Selatan (L.S.) sedangkan kutub Utara (K.U.) dan kutub Selatan (K.S.). 
B.     Garis bujur, Garis yang membentuk lingkaran bukan saja dibuat secara borzontal dapat pula disebut garis yang membentuk lingkaran arah vertical bila kita lihat garis lingkaran ini akan melalui kedua titik kutub Utara uan kutub Selatan.  Lingkaran ini disebut lingkaran bujur atau lingkaran meridian,  sehingga garisnya disebut garis bujur atau garis meridian lingkaran ini membagi bumi menjadi dua belahan yakni belahan Timur dan belahan Barat.  Garis yang membentuk lingkaran ini membelah bumi menjadi dua bagian tepat 00 di Kota Greenwich dekat London,  disebut juga sebagai garis bujur/meridian primer.  Dari meridian Greenwich ini dihitung ke arah timur sampai 1800 disebut sebagai Bujur Timur (B.T.)  dan ke Barat sampai 1800 disebut sebagai Bujur Barat (B.B.) untuk 1800 Bujur Timur dan 1800 Bujur Barat sebenarnya kedua garis ini berimpit sebagai patokan untuk penanggalan,  letaknya di kepulauan Fiji bagian Timur di Samudra Pasifik.  Garis ini disebut juga garis penanggalan Internasional.
Gambar 5.2 “Pembagian Garis Meridian atau Garis bujur”




BAB VI
MATAHARI
6.1  Pengertian Matahari
Matahari adalah bintang yang relatif kecil didalam jagat raya dan yang paling dekat dengan bumi, matahari termasuk dalam galaksi Bima Sakti. Matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan karena panas dan dan cahaya matahari sangat dibutuhkan bagi kehidupan di planet bumi dan juga bentuk matahari yang menyerupai bola gas pijar yang sangat panas serta termasuk benda terbesar dalam tata surya sehingga matahari menjadi pusat tata surya. Matahari juga disebut bintang karena mampu memancarkan sendiri cahayanya.
Gambar 6.1 “Matahari
6.2  Struktur Matahari
Struktur matahari terdiri atas inti, zona radiasi, zona konveksi, fotosfer, sunspot atau bintik matahari, kromosfer, zona transisi dan korona. Terdapat beberapa struktur yang nantinya tergolong dalam lapisan-lapisan matahari.
1.      Inti, Inti adalah sumber utama energi Matahari dan tersusun atas dua sifat yang menciptakan kondisi reaksi nuklir terjadi. Inti Matahari tersusun atas atom proton, elektron dan neutron. Proton merupakan atom bermuatan positif, Elektron bermuatan negatif dan neutron atom netral. Bahan-bahan tersebut sering disebut inti plasma Matahari. Kombinasi gerak atom-atom tadi menghasilkan reaksi fusi nuklir yang menyediakan energi untuk Matahari.
2.      Zona Radiasi, wilayah ini merupakan wilayah diluar inti matahari yang berfungsi mentransformasikan energi dari inti matahari ke segala penjuru permukaan matahari. Pada zona radiasi ini suhu turun sedikit dibanding inti. Di zona ini energi matahari disebarkan secara acak ke segala arah dari atom ke atom. Dibutuhkan 170 ribu tahun agar energi yang dilepaskan dalam inti matahari dapat mencapai zona radiasi.
3.      Zona Konveksi, pada bagian ini panas matahari  melakukan mekanisme baru untuk mencapai permukaan matahari. Mekanisme baru diperlukan karena di luar zona radiasi suhu turun drastis yaitu hanya sekitar 2 juta derajat Kelvin dibanding di zona radiasi yang mencapai 5 juta derajat Kelvin. Di Zona ini energi panas matahari akan ditransferkan lebih cepat dibanding zona radiasi.
4.      Fotosfer, lapisan ini merupakan permukaan Matahari yang dapat kita lihat dengan bantuan teleskop atau filter matahari. Suhu fotosfer sekitar 5.800 derajat Kelvin. Sebagian besar cahaya matahari yang diterima Bumi adalah energi yang dihasilkan dari Fotosfer. Cahaya matahari dari fotosfer hanya membutuhkan waktu 8 menit untuk mencapai Bumi.
5.       Sunspot/Bintik Matahari, bintik matahari seringkali terlihat dari teleskop sebagai titik putih hitam yang kadang menghilang. Bintik matahari merupakan daerah yang suhunya lebih rendah dari fotosfer yaitu sekitar 2800 derajat Kelvin. Bintik hitam hanya terjadi dalam beberapa saat bisa satu hari, dua hari atau maksimal 11 bulan.
6.       Kromosfer, Kromosfer berada di atas lapisan fotosfer dengan tebal sekitar 2.000 meter. Dalam kromosfer energi terus disebarkan dengan radiasi dan warna yang dipancarkan cenderung kemerahan.
7.       Zona Transisi, Zona transisi memiliki ketebalan hanya sekitar 100 km dengan suhu yang cenderung naik drastis hingga mencapai 2 juta derajat Kelvin. Para peneliti masih belum mengerti mengapa suhu matahari cenderung meningkat di luar permukaan inti.
8.       Korona, Korona adalah lapisan terluar matahari dan dapat terlihat seperti mahkota dalam gerhana matahari. Partikel korona dapat mencapai orbit bumi dan mengganggu kehidupan di bumi. Korona sangat tipis dan terlihat samar dalam gerhana matahari. 
Gambar 6.2Struktur Matahari

6.3  Lapisan Matahari
Matahari terdiri dari 3 lapisan kulit yaitu Fotosfera, Khromosfera dan Korona
1.      Fotosfera, merupakan lapisan matahari paling dalam dan merupakan sumber penyinaran. Dalam fotosfera kadang nampak suatu bintik yang keadaannya lebih gelap dari sekitarnya (Umbra), suhu fotosfera 6000K sedangkan pada umbra-nya 4000K sehingga nampak gelap.
Fotosfera disusun dari 94% Hidrogen, 5,9% Helium dan 1% elemen-elemen lebih berat yang terbanyak adalah karbon, oksigen, nitrogen dan neon.
2.      Khromosfera, adalah lapisan atmosfer matahari diatas fotosfera. Lapisan ini memiliki ketebalan 10.000 Km, dengan suhu bagian atas lebih dari 10.000K. Lapisan ini tampak sebagai lapisan-lapisan ditepi bulatan bulan dengan warna merah lemah.
3.      Korona, adalah selubung terluar dari matahari. Lapisan ini adalah lapisan gas yang sangat renggang, tekannya 10-11 atmosfer, temperaturnya 2.106 K, tebalnya ratusan ribu kilometer membumbung dari matahari ke angkasa dengan tidak jelas batasnya.
Korona terdiri dari 3 bagian yaitu:
a)      Korona L, bagian paling dalam, spektrumnya merupakan garis emisi
b)      Korona K, bagian tengah, spektrumnya kontinum tanpa garis absorbs. Radiasinya berasal dari penyebaran electron.
c)      Korona F, bagian terluar, radiasinya berasal dari radiasi matahari yang disebabkan oleh debu antar planet, spektrumnya menyerupai spectrum fotosfera.
Gambar 6.3 “Lapisan-lapisan Matahari























BAB VII
KESIMPULAN
Kajian (studi)  tentang sifat evolusi dan asal alam semesta (universe) disebut Kosmologi.  Kesimpulannya masih mengandung ketidakpastian tetapi teori Dentuman Besar (Big Bang)  atau teori Bola Api Purba (Primeval Fireball)  yang dikemukakan di sini menunjukkan konsensus yang masih disepakati di antara ahli - ahli astronomi.  Gagasan ini pertama kali ditemukan oleh ahli astronomi Belgia,  Abbe Georges Lemaitre dalam tahun 1927 dan seperti ahli-ahli yang lain menyatakan bahwa teori ini dapat berubah bahkan gugur bilamana diperoleh fakta,  kejelasan,  dan bukti lanjut yang lebih baik.
Tata Surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya atau bisa juga diartikan sekumpulan dari sekelompok benda langit yang berpusat pada matahari. Benda-benda astronomis memainkan peranan dalam cabang ilmu geofisika.  Lebih dari 2.000 tahun yang lalu"fakta nyata” bahwa bintang,  planet,  dan matahari,  juga bulan semuanya bergerak mengelilingi bumi,  telah diterima sebagai dasar model geosentris (pusat - bumi)  tata surya. 
Pengelompokkan tata surya didasarkan oleh dua hal yang pertama, berdasarkan jarak tiap planet terhadap matahari dan yang kedua berdasarkan ukuran tiap planet dengan bumi sebagai acuan. Berdasarkan jarak tiap planet terhadap matahari planet-planet dalam tata surya dikelompokkan menjadi dua, yakni; planet inferior dan planet superior. Berdasarkan jarak tiap planet terhadap matahari planet-planet dalam tata surya dikelompokkan menjadi dua, yakni planet kebumian dan planet jovian.
Rotasi yaitu pergerakan bumi mengelilingi porosnya yang mengakibatkan perbedaan waktu pada tempat-tempat di bumi yang berbeda bujur derajatnya, pergantian siang dan malam, dan lain sebagainya. Revolusi yaitu pergerakan bumi mengelilingi matahari yang mengakibatkan bumi mengalami pergantian musim.
Gerhana bulan (Lunar Eclipses) hanya dapat terjadi pada saat bulan purnama, karena pada saat itu matahari, bumi dan bulan berada pada posisi lurus dan bulan masuk di dalam bayang-bayang bumi. Gerhana bulan ada 2 jenis ada gerhana bulan total dan gerhana bulan partial. Gerhana matahari terjadi karena sinar matahari yang menuju bumi terhalang oleh bulan atau sebagian permukaan bumi terkena oleh bayang-bayang bulan. Gerhana matahari ada 3 jenis, yakni gerhana maatahari total, gerhana matahari partial dan gerhana matahari cincin.












DAFTAR RUJUKAN
Dirdjosoemarto, Soendjojo dan Abdurachman. 1991. Pendidikan IPA 2. Jakarta:
            Depdikbud
Kemiringan Sumbu Bumi terhadap Matahari. Wikipedia Bahasa Indonesia,
            Ensiklopedia Bebas. (Online),
            (https://id.wikipedia.org/wiki/Kemiringan_sumbu), diakses pada tanggal
            11 Mei 2017
Posisi Bumi yang Miring terhadap Matahari. Civitas Akademika Universitas          Negeri Malang. (Online),             (http://civitasakademika.blogspot.co.id/2007/05/bab-v-posisi-bumi-yang-
            miring-terhadap.html), diakses pada tanggal 11 Mei 2017

Setiawan, Agnas. Struktur Matahari, (Online),          (http://geograph88.blogspot.co.id/2014/11/bagian-bagian-struktur-          matahari.html), diakses 11 Mei 2017

Tata Surya. Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. (Online),             (https://id.wikipedia.org/wiki/Tata_Surya), diakses pada tanggal 5 Mei        2017

Tim IPA KP. 2005. Alam Semesta Penunjang Pelajaran IPA Kelas 4,5 dan 6.
Jakarta: Kawan Pustaka
Tim SEQIP. 2003. Buku IPA Guru Kelas 6. Jakarta: Departemen Pendidikan
            Nasional
Tjasyono, Bayong. 2013. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung: PT. Remaja
            Rosdakarya



* haiii gaes ini adalah makalah tugas individu ku, karna makalah ini aku lembur berhari-hari. semoga bermanfaat ya gaes. maafkan tak bisa upload pdf